Laporan Praktikum Pengendalian Hama Lalat Buah pada Tanaman Cabai (Oleh : Himam A’bid Fatta )
Oleh : Himam A’bid Fatta
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merah merupakan tanaman yang dapat
tumbuh dimana saja karena daya adaptasinya luas. Cabai merah dapat ditanam
mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi sampai ketinggian 2.000 m dpl.
Cabai merah akan tumbuh baik bila ditanam di tempat yang berkelembaban sedang
sampai tinggi dan bersuhu 18 – 300. Sama seperti jenis cabai lainnya, cabai
merah menghendaki curah hujan tahunan 600 – 1.250 mm. Cabai merah pun
membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari selama hidupnya.
Lalat buah merupakan salah satu hama
utama yang menyerang berbagai buah di Indonesia. Hama ini dapat menurunkan
produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Selain itu, infestasi hama
ini menyebabkan buah-buahan yang akan diekspor sering tidak diterima di pasar
luar negeri karena adanya kekhawatiran akan menyebarnya hama ini ke negara
tujuan ekspor.
Sejauh ini, lalat buah termasuk hama
yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian.
baik secara tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun
hasilnya belumlah optimal. Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap
harus kita upayakan sebisa mungkin agar dampak dari serangan tidak terlalu
merugikan.
B. Tujuan
1. Untuk
mengetahui aplikasi feromon seks
2. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian hama lalat buah dengan menggunakan feromon seks (metyl eugenol)
3. Untuk
mengetahui keuntungan pengendalian dengan
menggunakan feromon seks.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sutrisno (1991)
lebih kurang 75% dari tanaman buah dapat diserang oleh hama ini. Lalat buah
dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan
sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun subtropis (Christenson dan Foote
1960, Haramoto dan Bess 1970, Alyoklin et al. 2000, Bateman 1972).
Beberapa spesies penting yang menyebabkan kerusakanpada tanaman buah dan sayur
adalah Bactrocera carambolae, B. papayae, B. umbrosa, B.tau, B. cucurbitae, dan
B. albistrigata. Oleh karena itu, monitoring terhadap spesies-spesies
ini penting untuk dilakukan. Melimpahnya populasi beberapa spesies lalat buah
perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomis pada
beberapa tanaman buah dan sayuran.
Salah satu
Pengendalian yang dilakukan adalah
pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan menggunakan
atraktan/penarik. Penggunaa atraktan ini atau zat penarik menggunakan metyl
eugenol. Metyl eugenol ini berfungsi sebagai zat penarik, sehingga lalat buah
jantan akan tertarik dan masuk ke dalam perangkap. Zat ini juga akan ikut masuk
ke dalam tubuh lalat buah jantan ini yang akan menyebabkan kemandulan. Sehingga
lalat jantan tidak dapat membuahi. Dari
hal tersebut dapat mengurangi perkembangbiakan lalat buah ini, sehingga jumlah
nya akan berkurang dari waktu ke waktu (Butani, 1978).
Senyawa metil eugenol merupakan turunan
eugenol yang dapat dipergunakan sebagai atraktan (penarik/pemikat untuk datang)
untuk menarik lalat jantan dalam pengendalian populasi lalat buah Bactrocera
dorsalis (Kardinan et al.,1998).
Menurut Vargas et al. (2010) dan
Todd et al. (2010) penggunaan atraktan metil eugenol merupakan cara
pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif, dimana
pengendalian hama lalat buah dilakukan dalam tiga cara yaitu : (1) mendeteksi
atau memonitor populasi lalat buah, (2) menarik lalat buah kedalam perangkap
kemudian disterilkan atau dimatikan, dan (3) mengacaukan lalat buah dalam
perkawinan, berkumpul dan cara makan
BAB
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan meliputi metil
eugenol, air, dan sabun sunlight. Alat yang digunakan antara lain botol aqua
bekas, kapas, benang, tali rafia, kantong plastik, label, kertas plano dan ATK.
B. Prosedur Kerja
1.
Praktikan
dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 2 mahasiswa)
2.
Setiap
kelompok ditugaskan untuk memasang kapas yang telah diolesi larutan metil
eugenol.
3.
Alat
tersebut dipasangkan pada tanaman cabai, belimbing, nangka, dan mangga oleh setiap
kelompok.
4.
Setiap hari sekali diamati selama 2 hari.
5.
Jumlah
serangga dewasa lalat buah yang tertangkap dihitung.
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Kondisi lahan
: bersih
2. Tanaman pokok
: Monokultur
3. Spesies/jenis lalat buah : Bactrocera sp
4. Waktu :
19 s.d 21 September 2014
5. Hasil pengamatan
Hari ke
|
Banyaknya lalat buah
|
Jumlah jantan
|
Jumlah betina
|
Keterangan
|
1
|
11
|
11
|
Ada yang mati dan ada yang hidup
|
|
2
|
14
|
12
|
Ada yang mati dan ada yang hidup
|
|
3
|
22
|
22
|
Mati semua
|
Gambar
|
Keterangan
|
Analisis Lalat Buah
|
B.Pembahasan
Jenis lalat buah di Indonesia cukup
banyak, namun yang paling merugikan adalah genus Bactrocera, terutama Bactrocera
dorsalis kompleks. Lalat buah jenis ini mempunyai tanaman inang yang
beragam, seperti jambu biji, jambu air, belimbing, mangga, pepaya, apel,
nangka, cabai merah, dan tomat. Disebut kompleks karena dalam genus ini banyak
spesies yang mirip (sibling), sehingga sulit dibedakan oleh masyarakat
awam, seperti B. papayae dan B. carambolae. Pada praktikum digunakan perangkap metil
eugeno dengan botol bekas yang didalamnya diberi perangkap antraktan, jenis
lalat buah yang ditemukan pada tanaman nangka adalah spesies Bactrocera sp
Mekanisme
kerja perangkap adalah memancing lalat buah masuk ke dalam perangkap dengan
menggunakan methyl eugenol yang ditempatkan di dalam botol perangkap. Di dasar botol
perangkap bisa diisi air sehingga sayap lalat buah akan lengket jika menyentuh
air tersebut dan akhirnya lalat buah akan mati tenggelam. Metil eugenol ini
mengeluarkan aroma wangi yang dibutuhkan lalat buah jantan, sehingga lalat buah
jantan dari jarak 20 - 10 m akan teratrik masuk perangkap. Kalau lalat buah
jantannya terperangkap, artinya populasi lalat buah bisa
diminimallisir.(Suputa, 2006)
Bactrocera dorsalis
secara umum tubuhnya berwarna hitam kecokelatan dan ramping ( Gambar 1). Pada
caput terdapat antena dengan tipe
Aristate, 2 bintik (spot) hitam pada muka (face),mata majemuk berwarna
kehitaman.
Pada toraks dengan skutum berwarna
cokelat muda dan pita melintang pada tiap sisi samping serta skutellum berwarna
kuning pucat dengan dua rambut skutella (scutellar bristles) pada ujung
skutellum .Sayap dengan costal band gelap menyempit sampai dengan R dan bagian
yang menyempit dibatasi garis-garis cubital yang berwarna gelap. Sel bc dan 2+3
c tanpa warna. Sayap tidak berwarna
kecuali costal band dan anal streak. Costal band menyempit, tidak meluas sampai
R4+5 kecuali ujung-ujung pada R2+3. Costal cell tidak berwarna hingga pada
bagian ujung sayap.
Klasifikasi dari lalat buah (Bactrocera sp.) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Batrocera
Spesies : Batrocera
spp.
Siklus hidup dari lalat
buah (Bactrocera sp.) adalah sebagai berikut :
1. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang,
diletakkan berkelompok 2 - 15 butir dan diletakkan dibawah kulit buah, dalam waktu ± 2 hari telur akan menetas menjadi 1arva yang akan
membuat terowongan kedalam buah dan memakan dagingnya kurang lebih 2 minggu. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur
1200 - 1500 butir. Telurnya.
2. Larva berwarna putih keruh atau
putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya
runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama stadium larva 6 - 9
hari.Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk
meloncat dan melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa.
3.
Pupa terbentuk dari larva yang telah dewasa yang meninggalkan buah dan jatuh di
atas tanah, kemudian masuk kedalam tanah dan membentuk pupa didalamnya.Pupa berwarna coklat, dengan bentuk oval, panjang
± 5 mm dan lama stadium pupa 4 - 10hari.
4. Imago rata-rata berukuran panjang ± 7 mm, lebar
± 3 mm. Lalat
buah dewasa berwarna kuning, sayapnya datar dan transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi
merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada ujung sayap
ada bercak coklat kekuningan. Pada abdomen terdapat pita-pita hitam pada
thoraxnya ada bercak-bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari 3 ruas
dengan bahan seperti tanduk keras. Pada
lalat betina ujung abdomennya lebih runcing dan mempunyai alat peletak
telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat. Secara
keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.(Drew dan Hancock,1994)
Lalat buah ini menyerang buah yang
sudah terlihat besar dan mendekati masak. Lalat
buah yang menyerang sebetulnya adalah lalat betina. Lalat tersebut menyerang
dengan menusukkan alat peletak telurnya (ovipositor) ke dalam buah. Tujuannya
untuk meletakkan telur-telur mereka di dalam buah yang selanjutnya telur-telur
tersebut akan menetas menjadi larva dan berkembang. Oleh karena itu, gejala
awal yang ditunjukkan serangan lalat buah adalah adanya noda/titik bekas
tusukan pada permukaan kulit buah. Selanjutnya telur-telur akan menetas di
dalam buah dan menjadi larva.
Pengendalian
lalat buah :
a.
Kultur teknis
Penggunaan
varietas tahan seperti varietas Hot Pepper 002 dan Tuban. Pencacahan
(pembongkaran) tanah di sekitar tanaman agar kepompong yang berada di dalam
tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati.
b.
Fisik/mekanis
Sanitasi
kebun bertujuan untuk memutus siklus hidup lalat buah, sehingga perkembangan
lalat buah dapat ditekan. Buah yang jatuh dikumpulkan kemudian dimusnahkan dan
dibakar atau dikubur, atau mengumpulkan buah yang busuk yang terinfestasi lalat
buah ke dalam tong sampah yang ditutup dengan kain kasa dengan tujuan agar
parasitoid lalat buah dapat keluar melalui lubang kain kasa, sedangkan larva
lalat buah tidak berkembang menjadi imago.Penggunaan perangkap beratraktan yang
terbuat dari plastik/botol air mineral yang sudah dipasangi atraktan seperti
Metil eugenol (ME), Cue lure, minyak Melaleuca brachteata (MMB) atau minyak
selasih dan dapat dicampur dengan pestisida yang diteteskan pada kapas (± 16
buah/ha). Perangkap dipasang pada cabang pohon setinggi 2 – 3 m dari permukaan
tanah atau pada ketinggian tajuk terendah dari tanaman di mana perangkap
dipasang. Setiap 2 minggu atraktan diganti.Pengasapan dengan cara membakar
seresah/jerami untuk mengusir lalat buah yang datang ke pertanaman. Pengasapan
efektif dilakukan selama 3 hari dan jika dilakukan selama 13 jam terus menerus
dapat membunuh lalat buah.Pemungutan buah terserang (sebaiknya ketika masih
menggantung di tanaman) dan memusnahkan dengan cara dibakar.
c. Biologi
Pemanfaatan
musuh alami seperti parasitoid dari
famili Braconidae (Biosteres sp., Opius sp.), Aceratoneuromyia indica. Kelompok
predator yang menjadi musuh alami lalat buah seperti dari famili Formicidae
(semut), Solenopsis geminate, Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang),
Demaptera (cocopet), Chrysoperta carnea, dan patogen serangga Bacillus
thuringiensis.
d.
Pengendalian dengan peraturan
Penerapan peraturan karantina antar
area/wilayah/Negara yang ketat untuk tidak
memasukkan buah/sayur yang terserang dari daerah endemis (Permentan No.
37/2006 tentang syarat dan tindakan karantina untuk pemasukan buah dan sayuran
buah ke wilayah Indonesia).
e.
Kimiawi
Penggunaan
pestisida kimia sintetik yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian,
misalnya yang berbahan aktif profenofos, deltametrin, beta siflutrin, dan
imidakloprid.
Feromon adalah suatu
zat yang dihasilkan oleh serangga dan tungau sebagai alat komunikasi dalam satu
species. Sex feromon memungkinkan serangga jantan untuk mengenali serangga
betina. Sebagian besar penelitian adalah menggunakan sex feromon untuk
memerangkap serangga jantan dan mengganggu komunikasinya. Contoh adalah pada
hama kapas pectinophora gossypiella yang berhasil dikendalikan secara efektif
dengan memenuhi udara sekitar pertanaman kapas dengan feromon. Feromon dilepas
dengan system “paket perlepasan perlahan” sehingga dapat menhalangi jantan yang
menemukan betinanya (Hasyim dan Kogel, 2006).
Perangkap umpan feromon
digunakan untuk memonitor distribusi dan melimpahnya populasi untuk menentukan
waktu yang paling tepat dalam menggunakan pestisida atau untuk menangkap
sejumlah besar serangga jantan dewasa untuk menurunkan kepadatan populasi.
Metode ini kurang efektif pada populasi tinggi dan bila serangga mampu untuk
melakukan perkawinan lebih dari sekali.
Ada beberapa cara
pengendalian lalat buah yang dianjurkan, diantaranya yaitu: pembungkusan buah,
pengasapan, sanitasi kebun, dengan perangkap/atraktan, dan penggunaan pestisida
kimia. Namun dalam pelaksanaannya masih sulit, belum sepenuhnya dilakukan
petani kita. Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam
pengendalian lalat buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan
dampak negatif antara lain terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Pemafaatan musuh alami
sebagai agens pengendali perlu ditunjang oleh beberapa kegiatan seperti: (1)
teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan
(2) eksplorasi dan identifikasi musuh alami yakni parasitoid B. dorsalis dan
peranannya dalam pengelolaan hama lalatbuah, serta (3) manipulasi musuh alami
melalui praktik ogronomis agar efektif sebagai agens pengendali hayati.
Perbanyakan B. dorsalis pada media buatan berupa campuran ragi instan, gula,
sodium benzoat, protein hidrolisat,ubijalar kuning,menir dan fuming telah
memberikan hasil yang cukup baik.
Pada praktikum yang
kami lakukan, di hari pertama terdapat 11
lalat buah dengan rincian lalat jantan
semua. Kemudian di hari kedua terdapat 14 lalat buah dengan
rincian lalat jantan semua.
Dan pada hari ketiga terdapat 22
lalat buah dengan rincian lalat jantan 22
lalat mati semua.
V.
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Lalat
buah yang terperangkap pada perangkap metil eugenol adalah spesies Bactrocera sp.
2. Perangkap
lalat buah menggunakan metil eugenol dapat menekan populasi hama lalat buah.
3. Perangkap
lalat buah dibuat dari botol plastik, jumlah lalat yang terperangkap selama
pengamatan tiga hari yaitu 11, 14, dan 22.
B.
Saran
Sebaiknya pada
saat pengamatan jumlah lalat buah yang terangkap harus teliti dan membawa kaca
pembesar atau luv agar mengetahui jenis lalat buah itu sendiri
DAFTAR
PUSTAKA
Butani,
D.K.. 1978. Insect Pest of Fruit Crops
and Their Control: 25-Mulberry.
Pesticides. 12:53-59.
Drew.
R.A.I and Hancock 1994. The Bactrocera
dorsalis Complex of Fruit Flies (Diptera : Tephritidae : Daciane ) in Asia.
Bulletin of Entomological Research : Suplements Series 2 1994. P. 17-45
Hasyim,
A., Muryati, dan W.J. de Kogel. 2006. Efektivitas dan Ketinggian Perangkap dalam
Menangkap Hama Lalat Buah Jantan, Bactrocera spp. J. Hort.
16 (4):314-320.
Kardinan,
A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Suputa,
et al. 2006. Pedoman Pengelolaan Lalat
Buah. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Jakarta
Todd,
E.S., J. Edu and D. McInnis. 2010. Prerelease consumption of methyl eugenol increases
the meting competitiveness of sterile males of the oriental fruit fly Bactrocera
dorsalis in large field enclosures. Journal of Insect Science
10(8):1-6.
Vargas,
R.I., Shelly T.E., Leblanc L. And Pinero J.C. 2010. Recent advances in methyl eugenol
and cue-lure tecnologies for fruit fly detection monitoring control in Hawaii. Vitam
Horm. 83 : 575-595.
Comments
Post a Comment