-->
http://cuk-ing.blogspot.com/
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR TANAH

ACARA 2
PENETAPAN KADAR AIR TANAH



Oleh    :
Nama                           : Gen Adi Wisanggeni
Nim                             : A1L014214
Kelompok                   : 5
Asisten                        : Arigi Deshinta Nurmagupita            



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Bedasarkan gaya yang bekerja pada tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi : air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi
1.      Air higroskopis
Air higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman, jumlah nya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregrat tanah, air ini terikat kuat pada matrik tanah ditahan pada tegangan antara 31 – 10.000 atm
2.      Air kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm.
3.      Air gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah meresap ke bawah akibat adaya gaya gravitasi, air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N,K,Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.
Oleh karena itu, saya akan melakukan percobaan menetapkan kadar air contoh tanah kering angin , kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri.
B.     Tujuan Penelitian
1.      Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri ( perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat
C.     Metode Penelitian
1.                   Metode Studi pustaka
Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca jurnal atau sumber sumber yang berkenaan dengan masalah yang dibicarakan. Pembahasan tentang penetapan kadar air tanah  ini juga tidak lepas dari jurnal atau referensi referensi lainya yang berkenaan dengan masalah tersebut.
2.                   Metode observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung. Dalam menyusun laporan ini, saya juga mengumpulkan data dengan mengamati obyek secara langsung.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1.      bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 
Kesuburan Tanah Tingkat kesuburan tanah ditentukan terutama oleh ketersediaan unsur hara makro N (nitrogen), P (posfor), dan K (kalium). Semakin subur tanah maka mengindikasikan lahan dalam keadaan sehat dan unsur-unsur tersedia bagi tanaman. Hal tersebut didukung oleh kondisi biofisik yang baik, antara lain struktur tanah yang kuat, pori tanah yang cukup untuk aerasi. Tekstur tanah loam (lempung) terdapat pada lahan subur dan tahan terhadap longsor, sebaliknya untuk tekstur tanah yang halus (clay) akan mudah terjadi longsor. Lahan yang semakin subur akan relatif stabil ( jurnal : Beny harjadi and paimin )
Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada wilayah jenuh atau semua pori-pori dan ruang antar partikel tanah jenuh berisi air, yang terdapat pada bagian atas disebut water table dan bagian bawah disebut ground water (Winter et al., 2005; Asdak, 1995).  Selain itu, ada terminologi lain, bahwa ground water adalah aquifer yang menggambarkan water-bearing formations yang dapat menghasilkan air yang cukup banyak untuk keperluan manusia (Winter et al., 2005). Konsep lain mengatakan, bahwa air tanah terdiri atas dua zona, yaitu zona tidak jenuh (unsaturated zone) dan zona jenuh (saturated zone) atau ground water .Pada zona tidak jenuh terdapat air tanah (soilwater) dimana tanaman dapat memanfaatkannya, tetapi bisa hilang karena evaporasi. Di atas zona jenuh terdapat water table, dan air yang berada pada zona tidak jenuh tidak dapat diambil (dipompa) karena ditahan oleh gaya kapiler (Winter et al., 2005)
Metode gravimetrik
Air mengendalikan hampir seluruh proses fisik, kimia, dan biologi yang terjadi di dalam tanah. Air dalam tanah berperan sebagai pelarut dan agen pengikat antar partikel-partikel tanah, yang selanjutnya berpengaruh terhadap stabilitas struktur dan kekuatan tanah serta bahan geologik. Secara kimia, air berperan sebagai agen pengangkut zat terlarut dan suspensi yang terlibat dalam perkembangan tanah dan degradasi. Dengan melalui pengaruhnya pada hampir semua proses kimia dan fisika alami, seluruh proses kehidupan tergantung air tanah. Produksi biologi dalam tanah, juga produksi hutan dan tanaman pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, yang pada gilirannya tergantung sifatsifat tanah dan kandungan air di dalam tanah. ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
Teknik pengukuran kadar air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung adalah berupa pemisahan air dari matrik tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air yang dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1) pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia. Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan massa/berat setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi. Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetrik, dan merupakan metode pengukuran secara langsung (Topp and Ferre, 2002)
Metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume. ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
Kapasitas lapang
Kapasitas lapang adalah kandungan air (θ) di dalam tanah, biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadi pembasahan atau hujan, dan setelah proses drainase berhenti. Definisi tersebut berlaku untuk penampang tanah homogen, dan tidak terjadi penguapan dari permukaan tanah. . ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
Bila tanah dalam keadaan kering, pemberian air ditujukan untuk membasahi tanah sampai mencapai kapasitas lapangan, khususnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Kandungan air tanah pada kapasitas lapangan sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya tekstur tanah, kandungan air tanah awal, dan kedalaman permukaan air tanah.
Kandungan air tanah berkurang secara eksponensial menurut waktu (t), namun 2-3 hari setelah drainase selesai, perubahan kandungan air tanah (∂θ/t) masih relatif besar, dan pergerakan air melalui drainase masih berlangsung. . ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
Titik Layu Permanen
Titik layu permanen adalah kandungan air tanah dimana tanaman sepenuhnya layu, dan pada akhirnya mati, karena tidak mampu lagi mengembalikan fungsi turgor dan aktivitas biologisnya. Ketika tanaman layu, kandungan air di dalam daun mencapai nilai tertentu, tergantung jenis tanaman dan stadium pertumbuhannya, serta kondisi lingkungan. Pada titik layu permanen, tekanan air bervariasi dari -0,80 (~ -8 bar) sampai –2 (~ - 20 bar) atau – 3 Mpa (~ -30 bar). ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
Richards dan Weaver (1943) menetapkan nilai matriks potensial tanah-air pada titik layu permanen tanaman bunga matahari sebesar - 1,5 MPa (~ - 15 bar). Hasil-hasil penelitian lain pada berbagai kondisi lingkungan menunjukkan hal serupa (Veihmeyer dan Hendrickson, 1948; Richards dan Wadleigh, 1952; McIntyre, 1974). Namun, nilai matriks potensial - 1,5 MPa dipilih sebagai titik referensi untuk mengetahui tingkat energi tanah-air saat tanaman layu secara permanen. Sifat-sifat retensi air oleh tanah pada matriks potensial air tanah rendah, seperti di daerah kering, variasi nilai kandungan air tanahnya juga rendah. Oleh karena itu, kandungan air tanah pada - 1,5 MPa dapat digunakan sebagai definisi yang sesuai untuk titik layu permanen. ( Undang Kurnia, 2006, Sifat Fisik Tanah )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.      Alat dan bahan
Dalam melakukan percobaan mengenai penetapan kadar air tanah ini juga dibutuhkan alat dan bahan guna untuk menunjang praktkum agar lancar dilaksanakan, alat dan bahan yang digunakan seperti : contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm , bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator
B.       Prosedur kerja
Kadar air tanah kering angin ( udara )
o    Dibersihkan botol timbang dan penutupnya, diberi label, dan ditimbang ( a gram )
o    Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm, dan ditimbang lagi ( b gram )
o    Dimasukan botol timbang yang berisi tanah kedalam oven dengan keadaan tutup terbuka,
o    Dilakukan pengovenan pada suhu 105 – 110oC selama minimal 4 jam
o    Setelah selesai, ditutup kembai botol timbang dengan menggunakan tang penjepit
o    Kemudian botol timbang diambil satu persatu kemudian ditimbang lagi dengan timbangan yang salma ( c gram )
o    Perhitungan :
Ket : ( b – c )= massa air, ( c – a ) = massa tanah kering mutlak ( massa padatan )
Kadar air kapasitas lapang ( metode pendekatan )
o    Dibersihkan keranjang kuning , dan diberi label kemudian ditimbang  ( a gram )
o    Setelah ditimbang keranjang kuningan diletakan ke dalam bejana seng
o    Contoh tanah kering angin 2 mm , dimasukan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm ( sampai tanda batas ) secara merata tanpa ditekan.
o    Diteteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan – lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 mL ) , kemudian bejana seng di tutup,
o    Diletakkan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit
o    Dikeluarkan keranjang kuningan dari bejana seng , diayang dengan hati – hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang ( b gram )
o    Perhitungan :
Kadar air maksimum tanah
o   Dibersikan cawan tembaga porus dan petridis dan diberi label
o   Dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot, kelebihan air dibersihkan dengan serbet , dimasukkan ke dalam petridis kemudian ditimbang ( a gram )
o   Dikeluarkan cawan tembaga porus dari petridis, di isi dengan contoh tanah halus 0,5 mm , kurang lebih 1/3 cawan, contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah, kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
o   Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu di bawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12 – 16 jam
o   Setelah selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam, permukaan tanah yang mengembang diratan dengan colet, dibersihkan dengan serbet,dimasukan ke dalam cawan pertidis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang ( b gram )
o   Dimasukan cawan tembaga porus ke dalam oven selama 24 jam dengana suhu 105 – 110oC
o   Setelah waktu pengovenan seesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukan ke dalam eksikator selama 15 menit. Dan diambil dengan tang penjepit , dan ditimbang berat nya ( c gram )
o   Tanah di dalam cawan tembaga dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasai dengan petridis yg sama lalu ditimbang beratnya (d gram )
o   Perhitungan :



           



BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi data
Tabel 1.1 tanah kering
No
Ulangan
Botol timbang kosong ( a g)
( a ) + contoh tanah (b)
( b) Setelah dioven ( c g )
Kadar air tanah kering udara ( % )
1
Ka 1
22,2963
30,8213
30,1844
8,07 %
2
Ka 2
26,3696
34,7557
34,1308
8,05 %
Rata – rata
8,06 %

Tabel 1.2 kapasitas lapang
No
Ulangan
Keranjang kuningan kosong (a g)
(a)+ gumpalan tanah basah (b g)
Kadar air kapasitas lapang ( %)
1
KL - 1
78,2734
88,7598
31,673 %
2
KL - 2
78,6022
87,0284
39,172 %
Rata – rata
35,4045 %

Tabel 1.3 kadar air maksimum
Ulangan
Cawan + kertas saring jenuh + petridisin (a g )
 tanah basah jenuh air (b g)
setelah dioven 24 jam (c g )
Petridisin + cawan + kertas saring setelah dioven ( d g )
Kadar air maksimum ( %)
KAM -1
94,4715
163,6728
133,1043
93,6037
75,1905
KAM - 2
93,7165
155,6581
128,2772
93,0308
75,7387
Rata - rata
75,4646

B.     Pembahasan
Pada air tanah terdapat tiga gaya yang mempengaruhi air tanah yaitu  gaya adhesi, kohesi dan gravitasi
·  Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat. Gaya kohesi mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan saling melekat. Contoh peristiwa kohesi adalah : air pada daun talas.
·  Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang tidak sejenis. Gaya adhesi akan mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan. Contoh bagi tanah adalah bercampurnya partikel partikel tanah dengan partikel artikel air,
·  Gravitasi yaitu gaya tarik bumi yang cenderung menuju ke pusat bumi, sehingga air tidak dapat ditahan oleh tanah, karena mudah meresap ke bawah akibat adaya gaya gravitasi, air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N,K,Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.
Kondisi kapasitas lapang
Terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat, tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah turun semua, pada kondisi kapasitas lapang , tanah mengandung air yang optimum bagi tamanan, karena pori makro berisi udara, sedangkan pori mikro semuanya berisi air, kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.
Tanah vertisol                                
Tanah pada vertisol mempunyai daya serap yang tinggi diarenakan Tanah vertisol merupakan tanah yang memiliki sifat khusus yaitu mempunyai sifat vertik , hal ini disebabkan karena terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif banyak, karena itu dapat mengkerut jika kering dan mengembang jka jenuh air, proses mengembang dan mengkerut itu disebabkan karena masing masing unit yang terdiri dari 2 si tetrahedral ditambah dengan 1 Al oktahedral, masing – masing unit dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan  yang lemah dari oksigen ke oksigen serta air maupun kation dapat masuk pada ruang antar lapisan sehingga mudah mengembang dan mengkerut.
Perendaman dan pengovenan pada kadar air maksimum
Pada percobaan ke tiga mengenai penetapan kadar air maksimum tanah yaitu diperlukan perendaman dan pengovenan, yang perendaman, yaitu cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu di bawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus. Setelah perendaman selesai dilakukan pengovenan, pengovenan disini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang berada di dalam tanah tersebut, sehingga diperoleh hasil kadar tanah kering .
Hasil perhitungan
1.      Perhitungan kadar air tanah kering angin
o   Pada ulangan pertaman
o   Pada ulangan kedua
Setelah dihitung rata rata, kadar air yang diperoleh dari tanah kering adalah 8,06%. ini menandakan bahwa walaupun tanah itu kering tetapi masih memiliki kadar air , sekitar 8,06%.
2.      Percobaan kedua mengenai menentukan kadar air kapasitas lapang

o   Padaulangan pertaman
o   Pada ulangan kedua
Setelah dihitung rata rata, kadar air kapasitas lapang yang diperoleh dari tanah ultiso adalah 35,4045 %, ini menandakan bahwa kemampuan optimum tanah ultisol dalam percobaa dapat  menampung air sebesar 35,4045 %
3.      Percobaan ketiga mengenai penetapan kadar air maksimum

o   Pada pengulangan pertama
75,1905
o   Pada pengulangan kedua
75,7387
Setelah dihitung rata rata, kadar air maksimum yang diperoleh dari tanah ultiso adalah 75,4646 %, ini menandakan bahwa kemampuan maksimum tanah ultisol dalam percobaa dapat  menampung air sebesar 75,4646%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :
1.      Penelitian yang saya lakukan membuktikan bahwa untuk Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dapat dilakukan dengan metode gravimtri

B. Saran :
1.      Perlu dilakukan percobaan lanjutan, tentang praktikum penetapan kadar air tanah, agar bisa membandingkan dari percobaan selanjutnya sehingga dapat memperoleh hasil yang sempurna.



DAFTAR PUSTAKA

Beny harjadi dan/and paimin,  14 maret 2013,  Teknik Identifikasi Daerah Yang
Berpotensi       Rawan Longsor Pada Satuan Wilayah Daerah Aliran , Vol. 10 no. 2, Diakses 22 maret 2015
Sriyati Ramadhani, Pebruari 2010, Perencanaan Dinding Penahan Tipe Gravitasi
Pada Lokasi Bukit Btn Teluk Palu Permai,  Jurnal SMARTek, Vol. 8, No. 1,: 34 – 49, 23 Mar. 15
Hendra Setiawan, Desember 2011, Comparison of Cantylever Type Retaining
Walls and Gravity Type at Various Heights Slopes Vol. 1 No. 2: 88-95, 23 Mar. 15
Dewi Liesnoor Setyowati, 2007, Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman
Dengan Teknik Sistem Informasi Geografis (Sig), Volume 4 No. 1. 23 maret 2015
ulfa yunita, nur andajani,  Pengaruh Pembasahan (Wetting) Dan Pengeringan
(Drying) Pada Tanah Lempung Ekspansif Dengan Kemampuan Kembang Susut Tinggi Terhadap Nilai Kuat Tekan Bebas, http://ejournal.unesa.ac.id/article/4334/46/article.pdf, 21 maret 2015

Asmin dan Syamsiar, 2006, Pengenalan Sifat Fisik Tanah untuk Kesesuaian

Pengelolaan Lahan Tanpa Olah Tanah Pada Lahan Kering di Sulawesi Tenggara,Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. 23 Mar. 15

Sari lubis kemala, 2007, Aplikasi Potensial Air Tanah , Medan : USU Repository
Undang Kurnia, dkk , 2006, Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian , Agro Inovasi

Kim h. Tan. 1991, dasar dasar kimia tanah, yogyakarta : gajah mada university
press
Arsyad sitanala, 1989, konservasi tanah dan air, bogor : IPB press
Harjowigeno, sarwono, 2005, tanah sawah, bogor – malang, bayumedia



0 Responses

Post a Comment