AGROKLIMATOLOGI - PENGAMATAN SUHU TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH PADA LAHAN SAWAH,
TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
Oleh :
Nama : Gen Adi Wisanggeni
NIM : A1L014214
KEMENTERIAN
RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH PADA LAHAN
SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
A.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada acara III adalah:
1.Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun
rumput gajah pada permukaan, kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm setiap jam selama
48 jam.
2.Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah
maksimum dan minimum pada permukaan, kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm selama 48
jam.
B.
Tinjauan Pustaka
Suhu
udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara
atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam
skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi dimuka
bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan makin ke kutub semakin
dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki
gunung, suhu udara terasa terasa
dingin jika ketinggian semakin bertambah.
Kita
sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6
˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse
rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997).
Suhu
dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya
penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara
vertikal permukaan bumi merupakan sumber
pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata
penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6
˚C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu
udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara,
tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor
terbaik (Handoko, 1994).
Suhu
merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan
panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda
tersebut akan meningkat. Sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda
yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetepi, hubungan antara panas (energi)
dengan suhu bukan merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu
akibat peneriman panas dalam jumlah
tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat
capacity)
yang dimiliki oleh benda penerimaan tersebut (Lakitan, 1994).
Variasi
suhu tanah harian ditentukan oleh variasi penerimaan radiasi matahari yang
mempengaruhi pertukaran bahang antar lapisan tanah. Suhu maksimum yang dicapai
oleh tanah mengalami keterlambatan lebih kurang 1 jam setelah puncak radiasi
matahari maksimum dicapai. . Suhu tanah pada berbagai kedalaman berfluktuasi
secara serasi yang dapat dinyatakan dengan fungsi sinusoidal. Setiap lapisan
tanah pada kedalaman yang berbeda mencapai suhu minimum dan maksimum pada waktu
yang berbeda. Selang waktu tersebut menurut Rosenberg (1976) dapat ditulis
rumus sebagai berikut:
(t1-t2)=(z2-z1)/2
x (p/an)1/2
Ket: t1 dan t2= selang waktu untuk
mencapai maksimum dan minimum
Z2 dan z1 = lapisan tanah 1 dan 2, p=
periode osilasi, dan a = difusifitas tanah
Angin
dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara. Dalam keadaan normal
udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas yang dipancarkan dari tanah.
Udara itu kemudian naik sambil membawa zat pencemar keatas kemudian dihembuskan
oleh angin di udara bagian atas. Jika terjadi inversi suhu, udara yang hangat
akan berada diatas udara dingin seperti suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi
merangsang pembentukan Co dan O. Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi
tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap berada didalam campuran yang telah
didingankan tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
ekuilibrium yang baru pada suhu rendah (Kristanto, 2002).
Temperatur
(suhu) adalah salah satu sifat tanah yang sangat penting secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan, aerasi, stuktur,
aktifitas mikroba, dan enzimetik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan
ketersidian hara-hara tanaman. Tenperatur tanah merupakan salah satu faktor
tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara.
Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah dipengaruhi oleh
temperatur tanah (Hanafiah, 2005). Tentang suhu tanah pengaruhnya penting
sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari
suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100
cm. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang
dimaksud dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan
udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanda, kadar iar tanah,
kandungan bahan organik, dan warna tanah. Makin tinggi suhu maka semakin cepat
pematangan pada tanaman (Kartasapoetra, 2005).
Suhu
tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan musiman.
Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya
kedalaman tanah. Kelembapan waktu musiman yang jelas terjadi, karena suhu tanah
musiman lambat bantuk fluktasi suhu pada peralihan suhu diudara atau dibawah
tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam tanaman mungkin terjadi pada
tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch terdapat variasi harian pada suhu tanah
(Sostrodarsono, 2006)
C.
Bahan dan Alat
Bahan yang
digunakan terdiri dari bahan pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman,
alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan
adalah thermometer dan lubang-lubang tanah berpralon.
D. Prosedur Kerja
1.
Disiapkan tempat
pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat
lubang tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75, 100 cm dan dipasang pralon pada
lubang tersebut.
2.
Diletakkan thermometer
pada masing-masing lubang tanah pada masing-masing penggunaan lahan.
3.
Dicatat suhu udara
setiap jam selama 48 jam.
4.
Dibuat grafik hubungan
antara suhu tanah dan waktu setiap kedalaman tanah. Kemudian ditentukan
besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum tanah.
E. Hasil Dan
Pembahasan
1. Hasil
Tabel
1.1 suhu tanah pada tanah sawah
No
|
kedalaman
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
5 cm
|
1
|
14.00 ( 34°C)
|
-
|
2
|
100 cm
|
1
|
-
|
07.00 ( 23°C )
|
Tabel
2.1 suhu tanah pada kebun campur
No
|
kedalaman
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
50 cm
|
1
|
06.00 ( 27,5°C)
|
-
|
2
|
5 cm
|
2
|
-
|
06.00 ( 22°C)
|
Tabel
3.1 suhu tanah pada tegalan
No
|
Kedalaman
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
5 cm
|
2
|
13.00 ( 31,5°C)
|
-
|
2
|
75 cm
|
2
|
-
|
19.00 ( 23,5°C)
|
Tabel
4.1 suhu tanah pada rumput gajah
No
|
Kedalaman
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
75 cm
|
2
|
07.00 ( 31°C)
|
-
|
2
|
5 cm
|
2
|
-
|
22.00 ( 22°C)
|
Tabel
5.1 suhu tanah pada pada kedalaman 5 cm
No
|
Lahan
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
sawah
|
1
|
14.00 ( 34oC)
|
-
|
2
|
rumput gajah
|
2
|
-
|
22.00, ( 22 oC)
|
Tabel
6.1 suhu tanah pada pada kedalaman 25 cm
No
|
Lahan
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
sawah
|
1
|
18.00, ( 30oC)
|
-
|
2
|
rumput gajah
|
2
|
-
|
23.00, ( 22oC)
|
Tabel
7.1 suhu tanah pada pada kedalaman 50 cm
No
|
Lahan
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
Sawah
|
1
|
18.00, ( 29 oC)
|
-
|
2
|
rumput gajah
|
2
|
-
|
22.00 ( 23oC)
|
Tabel
8.1 suhu tanah pada pada kedalaman 75 cm
No
|
Lahan
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
rumput gajah
|
2
|
07.00 ( 31oC)
|
-
|
2
|
rumput gajah
|
2
|
-
|
03.00 ( 22 oC)
|
Tabel
9.1 suhu tanah pada pada kedalaman 100 cm
No
|
Lahan
|
Hari ke
|
Suhu Max Pada Jam
|
Suhu Min Pada Jam
|
1
|
Sawah
|
2
|
18.00, (27,5oC)
|
-
|
2
|
sawah
|
1
|
-
|
01.00, (23oC),
|
2. Pembahasan
Berdasarkan table 1.1 sampai 7.1
diatas menunjukkan adanya fluktuasi suhu pada setiap kedalaman yang berbeda
terhitung selama 48 jam. Hal ini disebabkan oleh penggunaan lahan yang berbeda,
variasi vegetasi di sekitar tempat pengukuran, perbedaan penerimaan radiasi matahari
dan kecpatan perpindahan bahang yang bervariasi (Santosa, 1999).
Daftar
Pustaka
Fahrurrozi, K.A. Stewart and S.
Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini- tunnel containing a thermal-water tube. I.
The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort.
Sci.. 126:757-763.
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar,
Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur Unsur Iklim. PT Dunia Pustaka
Jaya. Jakarta.
Hamdani, Jajang Sauman. 2009.
Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang. J.
Agron. Indonesia 37 (1) : 14 – 20 (2009)
Kartasapoetra, AG. 2004. Klimatologi
: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Kristanto. 2002. Klimatologi
Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan B, 1994. Dasar-dasar
Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Santosa,
I. 1999. Iklim Mikro Hutan. Dalam. Y. Kusmaryono, Impron, dan Y. Gugiarto
(eds.): Kapita Selekta Agroklimatologi, 187-198. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi, Fak. Matematika dan IPA, IPB, Bogor.
Comments
Post a Comment