AGROKLIMATOLOGI - PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI PADA LAHAN SAWAH,
TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT GAJAH
Oleh
Nama : Gen Adi Wisanggeni
Nim : A1L014214
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
ACARA IV
PENGAMATAN
KELEMBABAN NISBI PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, KEBUN CAMPUR, DAN KEBUN RUMPUT
GAJAH
A.
TUJUAN
Tujuan praktikum
pada acara IV adalah
1.
Mengetahui kelembaban nisbi udara di
atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput gajah selama 3 hari.
2.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi
udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan
kebun rumput gajah.
B.
ALAT
DAN BAHAN
Alat yang
digunakan dalam praktikum acara IV yaitu psychrometer yang terdiri atas
termometer bola basah (wet) dan bola kering (dry), table penetapan kelembaban
nisbi, dan payung.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum acara IV yaitu borang pengamatan kelembaban nisbi
udara, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, kebun campur, dan kebun rumput
gajah.
C.
PROSEDUR
KERJA
1.
Disiapkan semacam sangkar cuaca pada
masing-masing peggunaan lahan.
2.
Disiapkan psikhrometer yang pada bagian
tangki termometer bola basah sudah diberi air.
3.
Diletakkan ( digantungkan) psikhrometer
tersebut pada semacam sangkar cuaca pada masing-masing penggunaan lahan pada
ketinggian 120 cm. Dihindarkan psikhrometer terkena radiasi atau sinar matahari
langsung dengan cara dipayungin.
4.
Dicatat suhu pada termometer bola basah
dan bola kering udara setiap jamm selama 3 hari ( lembar pencatatan ada di
bagan lampiran).
5.
Dibaca kelembaban nisbi udara pada
psikhrometer dengan cara membaca table penetapan kelembaban nisbi.
6.
Dibuat grafik hubungann antara
kelembaban nisbi udara ( sumbu y) dan waktu ( sumbu x). Kemudian ditentukan
besarnya dan waktu kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum.
D.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Table 1. Kelembaban Nisbi Pada 4
Lahan
Waktu
|
Sawah
|
Tegalan
|
Kebun Campuran
|
Kebun Rumput gajah
|
17.00
|
100
|
100
|
72
|
91
|
18.00
|
95
|
100
|
100
|
90
|
19.00
|
95
|
95
|
100
|
90
|
20.00
|
100
|
100
|
100
|
95
|
21.00
|
90
|
100
|
100
|
95
|
22.00
|
95
|
95
|
95
|
90
|
23.00
|
95
|
100
|
95
|
90
|
24.00
|
100
|
100
|
90
|
90
|
01.00
|
95
|
95
|
95
|
90
|
02.00
|
95
|
95
|
100
|
90
|
03.00
|
100
|
95
|
100
|
81
|
04.00
|
100
|
100
|
100
|
90
|
05.00
|
100
|
95
|
100
|
90
|
06.00
|
95
|
100
|
100
|
90
|
07.00
|
90
|
100
|
90
|
90
|
08.00
|
90
|
90
|
95
|
71
|
09.00
|
91
|
95,5
|
95
|
76
|
10.00
|
91
|
91
|
91
|
73
|
11.00
|
92
|
91
|
87
|
73
|
12.00
|
92
|
96
|
87
|
77
|
13.00
|
96
|
100
|
91
|
87,5
|
14.00
|
88
|
99
|
91
|
62
|
15.00
|
96
|
99
|
91
|
77
|
16.00
|
100
|
100
|
95
|
100
|
17.00
|
95
|
100
|
100
|
90
|
18.00
|
91
|
100
|
100
|
90
|
19.00
|
91
|
100
|
100
|
90
|
20.00
|
95,5
|
100
|
100
|
90
|
21.00
|
95
|
100
|
100
|
90
|
22.00
|
95
|
100
|
95
|
80
|
23.00
|
90
|
90
|
95
|
90
|
24.00
|
90
|
90
|
100
|
90
|
01.00
|
100
|
95
|
100
|
90
|
02.00
|
100
|
90
|
95
|
90
|
03.00
|
90
|
100
|
90
|
90
|
04.00
|
95
|
95
|
100
|
90
|
05.00
|
95
|
100
|
100
|
90
|
06.00
|
95
|
95
|
100
|
100
|
07.00
|
100
|
100
|
90
|
91
|
08.00
|
91
|
100
|
95
|
91
|
09.00
|
100
|
100
|
95
|
83
|
10.00
|
88
|
96
|
91
|
70
|
11.00
|
92
|
96
|
87
|
84
|
12.00
|
99
|
100
|
87
|
84
|
13.00
|
100
|
92
|
91
|
100
|
14.00
|
96
|
99
|
87
|
88
|
15.00
|
100
|
73
|
87
|
80
|
16.00
|
91
|
88
|
91
|
87
|
17.00
|
95
|
96
|
95
|
91
|

Table 2. Kelembaban
Maksimum dan Minimum Pada 4 Lahan
Lahan
|
Hari
|
Suhu Maksimum Pada jam
|
Suhu Minimum Pada jam
|
Tegalan
|
1
|
100% pada jam 17.00
|
-
|
Kebun Rumput Gajah
|
2
|
-
|
62 % pada jam 14.00
|
2.
Pembahasan
Kelembaban
udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kelembaban udara penting untuk
diketahui karena dengan mengetahui kelembaban udara dapat diketahui seberapa
besar jumlah atau kandungan uap air yang ada. Jika besarnya kandungan uap air
yang ada melebihi atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan, maka akan menimbulkan
gangguan atau kerusakan (Anggraini, 2002).
Besarnya kelembaban udara tergantung dari masuknya uap air ke dalam
atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan
sungai, maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula dari proses
transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh - tumbuhan. Sedangkan banyaknya air di
dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan
air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin. Berbagai ukuran dapat
digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya adalah
kelembapan udara relative (nisbi) ( Swarinoto, 2011). Kelembaban udara dinyatakan
dengan kelembaban nisbi (Rh). Kelembaban nisbi adalah perbandingan antara
kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air ( Asdak, 1995).
Kelembaban udara nisbi juga dapat diartikan sebagai nilai perbandingan antara
tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai tekanan uap air
maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat
pengukura ( Swarinoto, 2011).
Kelembaban
nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara
untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut.
Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air di tempat
tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas
seperti daerah-daerah di Kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat
pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinggi. Sedangkan daerah
pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi
karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif
kecil (Handoko, 1986). Alat pengukur
kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan
metode termodinamika disebut psikrometer. Hygrometer adalah
alat untuk mengukur kelembapan udara. Pengukuran kelembaban nisbi udara
melealui psikrometer diakukan dengan cara menghembus
udara pada dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan
kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetric
merupakan pengukuran langsung. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban
relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan
dengan menggunakan penyajian hubungan antar suhu udara, kerapatan uap air, suhu
bola basah, dan kelembaban (Syehan,1990). Hal-hal yang
sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan
Psychrometer ialah sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer,
kecepatan udara melalui Thermometer bola basah ukuran, bentuk, bahan dan cara
membasahi kain, letak bola kering atau bola basah, suhu dan murninya air yang
dipakai untuk membasahi kain (Prasasti, 2005).
Setelah melakukan pengamatan selama 3 hari tentang
pengamatan kelembaban nisbi pada lahan sawah, tegalan, kebun campuran, dan
kebun rumput gajah diperoleh hasil sebagai berikut
1.
Sawah
Hasil yang diperoleh dari pukul
17.00 ( Jumat) -17.00 ( Minggu) adalah sebagai berikut 100, 95, 95, 100, 90,
95, 95, 100, 95, 95, 100, 100, 100, 95, 90, 90, 91, 91, 92, 92, 96, 88, 96,
100, 95, 91, 91, 95.5, 95, 95, 90, 90, 100, 100, 90, 95, 95, 95, 100, 91, 100,
88, 92, 99, 100, 96, 100, 91, 95. Kelembaban nisbi maksimum pada lahan sawah yaitu
sebesar 100 % terjadi pada hari ke 1 pengamatan pukul 17.00 cuaca pada saat itu adalah hujan. Kelembaban minimum nya sebesar 88 % terjadi
pada hari ke 2 pukul 14.00 cuaca pada saat itu adalah cerah.
2.
Tegalan
Hasil yang diperoleh dari pukul
17.00 ( Jumat) -17.00 ( Minggu) adalah sebagai berikut 100, 100, 95, 100, 100,
95, 100, 100, 95, 95, 95, 100, 95, 100, 100, 90, 95.5, 91, 91, 96, 100, 99, 99,
100, 100, 100, 100, 100, 100, 100, 90, 90, 95, 90, 100, 95, 100, 95, 100, 100,
100, 96, 96, 100, 92, 99, 73, 88, 96. Kelembaban nisbi maksimum sebesar 100 %
terjadi beberapa kali, namun kelembaban nisbi maksimum pertama kali muncul pada
hari ke 1 pukul 17.00 dengan keadaan cuaca saat itu hujan. Kelembaban minimum
pada lahan tegalan yaitu 73 % pada hari ke 3 pukul 15.00 dengan keadaan cuaca
pada saat itu cerah berawan.
3.
Kebun Campuran
Hasil yang diperoleh dari pukul
17.00 ( Jumat) -17.00 ( Minggu) adalah sebagai berikut 72, 100, 100, 100, 100,
95, 95, 90, 95, 100, 100, 100, 100, 100, 90, 95, 95, 91, 87, 87, 91, 91, 91,
95, 100, 100, 100, 100, 100, 95, 95, 100, 100, 95, 90,100, 100, 100, 90, 95,
95, 91, 87, 87, 91, 87, 87, 91, 95. Kelembaban nisbi maksimum sebesar 100 %
terjadi beberapa kali dalam 3 hari pengamatan. Namun, kelembaban maksimum
pertama kali muncul pada hari ke 1 pukul 18.00 dengan cuaca saat itu hujan. Kelembaban
nisbi minimum sebesar 72 % terjadi pada hari 1 pukul 17.00 cuaca saat itu dalm
keadaan hujan.
4.
Kebun Rumput Gajah
Hasil yang diperoleh dari pukul
17.00 ( Jumat) -17.00 ( Minggu) adalah sebagai berikut 91, 90, 90, 95, 95, 90,
90, 90, 90, 90, 81, 90, 90, 90, 90, 71, 76, 73, 73, 77, 87.5, 62, 77, 100, 90,
90, 90, 90, 90, 80, 90, 90, 90, 90, 90, 90, 90, 100, 91, 91, 83, 70, 84, 84,
100, 88, 80, 87, 91. Kelembaban nisbi
maksimum sebesar 100 % terjadi pada hari ke 2 pada pukul 16.00 keadaan cuaca
saat itu adalah dalam keadaan hujan. Dan
kelembaban nisbi minimum sebesar 62 % pada hari ke 2 pukul 14.00 keadaan
cuacanya adalah cerah.
Kelembaban nisbi maksimum dari keempat lahan sebagian besar terjadi ketika
cuaca pada saat itu dalam keadaan hujan. Hal tersebut disebabkan karena pada
saat hujan, daerah di sekitar permukaan bumi memiliki suhu udara yang rendah
yang disebabkan karena rendahnya pula intensitas radiasi cahaya yang sampai
permukaan bumi sehingga mengakibatkan tingginya kelembaban nisbi pada saat
hujan. Sementara kelembaban nisbi minimum pada keempat lahan sebagian besar
terjadi ketika cuaca dalam keadaan cerah. Hal tersebut
disebabkan karena pada saat itu intensitas radiasi cahaya yang sampai
kepermukaan bumi tinggi mengakibatkan suhu di daerah sekitarnya meningkat sehingga
mengakibatkan kelembaban udara (nisbi) permukaan bumi menjadi rendah. Hal
tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kelembaban udara suatu
tempat ditentukan oleh perbandingan kandungan uap air aktual dengan kapasitas
udara untuk menampung uap air. Kandungan uap air aktual ditentukan oleh
ketersediaan air serta energi (radiasi surya) untuk menguapkannya . Pada
keadaan uap air aktual relatif konstan, peningkatan suhu udara yang disebabkan
peningkatan penerimaan radiasi surya akan menyebabkan peningkatan kemampuan
udara untuk menampung uap air, sehingga mengakibatkan penurunan kelembaban
udara (kelembaban nisbi) ( Rushayati, 1997).
Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa diantara
ke empat lahan yaitu sawah, tegalan, kebun campuran, dan kebun rumput gajah.
Kelembaban maksimum terjadi di lahan tegalan sebesar 100 % dan kelembaban
minimum terjadi di lahan kebun rumput gajah sebesar 62%. Kelembaban maksimum
terjadi di lahan tegalan disebabkan karena banyaknya vegetasi yang tumbuh pada
lahan tegalan sehingga
menghalangi masuknya cahaya matahari ke tempat tersebut yang
dapat membuat kelembaban nisbi pada lahan tegalan menjadi tinggi (Linsley, 1989). Sedangkan kelembaban nisbi minimum
terjadi pada lahan rumput gajah yaitu sebesra 62 %. Meskipun lahan kebun rumput
gajah juga memiliki banyak vegetasi yang tumbuh diatasnya namunlahan rumput
gajah memiliki Rh yang rendah hal tersebut dapat terjadi kerena beberapa faktor
diantaranya yaitu kesalahan pembacaan suhu pada temperatur bola kering dan bola
basah, letak psikrometer yang langsung terkena radiasi matahari.
E.
KESIMPULAN
1.
Kelembaban nisbi pada lahan sawah, tegalan, kebun
campur, dan kebun rumput gajah dalam tiga hari berturut-turut menunjukan hasil
yang berbeda-beda. Hasil tersebut disebabkan karena perbedaanya intensitas
cahaya,
sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin.
2.
Kelembaban maksimum terjadi di lahan
tegalan sebesar 100 % pada hari pertama pukul 17.00 dan kelembaban minimum
terjadi di lahan kebun rumput gajah sebesar 62% pada hari ke 2 pukul 14.00
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. D.
2002. Pembuatan dan Karakterisasi Lapisan TiO2 Sebagai Sensor Kelembaban.
Skripsi-FMIPA. IPB : Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan
Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Di dalam F. D. Anggraini. 2002. Pembuatan dan Karakterisasi
Lapisan TiO2 Sebagai Sensor Kelembaban. Skripsi-FMIPA. IPB. Bogor.
Handoko. 1986. Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca di Stasiun KlimatologiPertanian.
Bogor:Jurusan Geofisika dan Meteorologi.
Linsley K.,. 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.
FMIPA-IPB.
Prasasti, I., 2005.
Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber –Ac Terhadap Gangguan
Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1, No.2,Januari 2005.
Rushayati Siti Badriyah. 1997. “Kondisi
Fisik Ekoistem Hutan Di Taman Nasional Ujung Kulon.” Media Konservasi Edisi Khusus, Vol. 14, No.2 : 67-74.
Syehan,
Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrologi.
Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Swarinoto
Yunus S, dan Sugiyono. 2011. “Pemanfaatan
Suhu Udara dan Kelembaban Udara Dalam Persamaan Regenerasi Untuk Simulasi
Prediksi Total Huajn Bulanan Di Bandar Lampung.” Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol. 12, No. 3 : 271-281.
.
Comments
Post a Comment